banner 120x600 banner 120x600 banner 120x600 banner 120x600

‘stagflasi’ Melanda Argentina Dan Apakah Indonesia Berpotensi Mengalami?

Sejumlah mata uang Asia, termasuk rupiah Indonesia

sitepontianak.com – Presiden Argentina yang baru dilantik, Javier Milei menyampaikan pidato pertamanya dengan mengutarakan analisis tajam terhadap ekonomi di negaranya. Ia memperingatkan, akan melakukan pemotongan belanja negara secara drastis yang akan memicu kondisi ‘stagflasi‘.

Ekonom pertama yang dilantik menjadi presiden Argentina itu mengatakan, “Tidak ada cara lain, selain penyesuaian dan tidak ada alternatif lain, selain keterguncangan.”

“Tentu saja, hal ini akan berdampak negatif pada tingkat aktivitas, lapangan kerja, upah riil, jumlah orang miskin, dan orang yang tidak mampu,” katanya dalam pesan pertamanya sebagai kepala negara.

“Akan terjadi stagflasi, memang benar, tetapi ini tidak jauh berbeda dari apa yang pernah terjadi selama 12 tahun terakhir,” katanya.

Apa itu stagflasi yang dibicarakan Milei dan apakah Indonesia juga berpotensi mengalaminya?

Apa itu stagflasi?

Stagflasi adalah kata hasil kombinasi antara inflasi tinggi dengan kondisi ekonomi yang stagnan. Kondisi stagflasi pada suatu negara biasanya menyebabkan pengangguran meningkat.

Sehingga pada intinya, stagflasi terjadi ketika pertumbuhan ekonomi melemah dan angka pengangguran yang tinggi terjadi di waktu bersamaan dalam periode tertentu. Kondisi tersebut biasanya diikuti inflasi, yakni kenaikan harga-harga barang pokok.

Istilah ini merupakan konsep dari bahasa Inggris “stagflasi”, yang diciptakan pada 1960-an ketika fenomena tersebut berdampak pada ekonomi Inggris.

Stagflasi menjadi permasalahan yang sulit diselesaikan, mengingat bahwa biaya hidup menjadi semakin mahal. Namun di saat yang sama, tidak ada pertumbuhan ekonomi, sehingga efeknya sangat buruk bagi kesejahteraan masyarakat.

Di sisi lain, kebijakan untuk memutus rantai stagnasi cenderung memperburuk inflasi.

Oleh karena itu, Presiden Javier Milei mengatakan bahwa “dalam jangka pendek situasi akan semakin buruk.”

Namun, presiden Argentina ini juga meyakinkan, bahwa formula yang akan dia buat demi memecahkan masalah akan menjadi “pil pahit terakhir untuk memulai rekonstruksi Argentina.”

“Kemudian kita akan melihat hasil dari upaya kita, setelah menciptakan landasan untuk pertumbuhan kuat dan berkelanjutan dari waktu ke waktu,” katanya.

Milei juga menyoroti kenyataan bahwa Argentina sebenarnya telah mengalami stagflasi sejak 2011, sejak itu Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita “telah turun 15% dalam konteks di mana kita telah mengakumulasi 5.000% inflasi.”

“Oleh karena itu, kita telah hidup dalam stagflasi selama lebih dari satu dekade,” tegasnya.

Apakah Indonesia berpotensi mengalami stagflasi?

Kepala Pusat Industri Perdagangan dan Investasi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Andry Satrio Nugroho, mengatakan bahwa stagflasi masih belum berpotensi terjadi di Indonesia.

“Kalau berbicara tentang stagflasi itu sendiri, pertumbuhan yang tertekan akibat adanya inflasi yang tinggi, saya rasa masih belum terlihat hingga akhir tahun ini. Bahkan, di tahun depan saya rasa masih belum terjadi,” kata Andry kepada BBC News Indonesia.

Meskipun INDEF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dalam negeri akan mengalami penurunan tahun depan, menurut Andry penurunan itu belum signifikan dan harga-harga barang pokok juga akan tetap stabil di kala tahun politik.

“Karena inflasi dan daya beli masyarakat itu erat hubungannya dengan pemilih dan elektabilitas dari capres dan cawapres itu sendiri,” ujarnya.

Sementara, lanjutnya, stagflasi berisiko terjadi di beberapa negara karena suku bunga global yang masih cukup tinggi. Tak hanya itu, tingkat inflasi di sejumlah negara tahun ini juga sedang tinggi akibat kondisi geopolitik dan faktor El Nino.

Kedua kondisi tersebut membuat pemasokan pangan dan energi menjadi semakin mahal, khususnya bagi negara-negara pengimpor. Tetapi Indonesia masih belum terdampak secara signifikan.

“Pemerintah tetap akan menjaga [tingkat inflasi] bahkan kalau kita mendengar juga bahwa untuk pengamanan itu tetap dipenuhi melalui impor, dan hal-hal tersebut menurut saya membuat stagflasi agak sulit untuk terjadi di Indonesia,” jelas Andry.

Apa saja tantangan yang dihadapi Argentina dalam menangani stagflasi?

Dalam pidatonya, Milei menyebut sejumlah persoalan ekonomi yang dilimpahkan dari pemerintahan sebelumnya di bawah kepemimpinan Alberto Fernández dan Cristina Fernández de Kirchner. Menurutnya, itu merupakan warisan terburuk dalam sejarah Argentina.

Kendala terbesar, ungkapnya, adalah defisit fiskal dan eksternal, yang setara dengan 17 poin penurunan PDB.

“Oleh karena itu, tidak ada solusi yang dapat dilakukan untuk menghindari defisit fiskal,” jelasnya, sebelum menjelaskan bahwa ia berencana memotong belanja negara sebesar lima poin, dan menghentikan penerbitan uang.

Ia menyebutnya sebagai “satu-satunya penyebab inflasi secara empiris. Benar dan sahih secara teoritis”.

Milei berjanji bahwa itu akan menjadi “penyesuaian teratur yang keseluruhan bebannya jatuh pada negara, dan bukan pada sektor swasta.”

“Kami tahu ini akan sulit,” kata Milei, mengulangi ucapan yang pernah dikatakan mantan presiden Julio Argentino Roca.

“Tidak ada hal hebat, stabil maupun abadi yang tercapai di dunia menyangkut kebebasan manusia dan rasa syukur orang-orang yang didapat tanpa usaha besar dan pengorbanan menyakitkan.”

Para kritikus Milei memperingatkan bahwa kebijakannya akan mempengaruhi salah satu dari sedikit indeks “positif” Argentina: tingkat pengangguran.

Menurut data terbaru, di kuartal kedua 2023, tingkat pengangguran berada di 6,2% yang merupakan rekor terendah dalam sejarahnya.

Banyak yang khawatir bahwa stagflasi yang diprediksi oleh Milei akan secara dramatis meningkatkan angka pengangguran di negara tersebut.

Kenangan tentang krisis terburuk dalam sejarah Argentina masih membekas di ingatan penduduknya, ketika pengangguran mencapai level tertinggi 24,1% dua dekade lalu.

Namun, para pendukung pemerintah baru, menyoroti bahwa tingkat angkatan kerja saat ini, menyembunyikan kenyataan lainnya. Meskipun pekerjaan bisa didapat, gaji sangat rendah, sehingga sepertiga pekerja hidup dalam kemiskinan.

Hal tersebut, dinilai belum pernah terjadi dalam sejarah Argentina.

Sumber: Suara.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *