banner 120x600 banner 120x600banner 120x600 banner 120x600

Penderita AIDS di Indonesia Mayoritas Usia Produktif

Ciri-Ciri HIV AIDS (unsplash)

sitepontianak.com – Menjelang Hari AIDS sedunia pada 1 Desember mendatang, Kementerian Kesehatan mengingatkan masyarakat akan bahaya mengenai penyakit ini. Penyakit AIDS sendiri, hingga saat ini masih mengintai masyarakat serta menjadi perhatian bagi bidang kesehatan.

Berdasarkan keterangan Direktorat Promkes dan PM Kementerian Kesehatan, Dra. Herawati, MA, di Indonesia AIDS masih terbilang cukup tinggi, khususnya pada usia produktif. Herawati mengatakan, di Indonesia AIDS banyak menyerang pada masyarakat berusia 19-59 tahun.

“Pada usia produktif sih 19 sampai 59 tahun, ya mereka masih bekerja, di kalangan usia produktif pokoknya,” ucap Herawati saat diwawancarai di The Dharmawangsa Hotel, Selasa (29/11/2022).

Mitos HIV AIDS dan Stigma Pengidapnya - Ilustrasi HIV/AIDS. (Shutterstock)
Mitos HIV AIDS dan Stigma Pengidapnya – Ilustrasi HIV/AIDS. (Shutterstock)

Herawati mengungkapkan, dengan tingginya angka AIDS di Indonesia, nantinya para calon pengantin akan diminta untuk melakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu. Hal ini guna mencegah penularan AIDS. Apalagi, biasanya AIDS menular dari ibu hamil kepada bayi di dalam kandungannya.

“Ini kan penularan dari ibu hamil ke anak. Itulah yang harus di edukasi upayanya dilakukan memang untuk para catin (calon pengantin) itu, dia harus memeriksakan kesehatannya dulu. Nah kalau dia sehat itu ada sertifikatnya nanti bahwa dia sehat dan bisa lanjut untuk menikah karena ini untuk memperkecil penularan,” sambung Herawati. Dinukil dari laman suara.com.

Tidak hanya itu, dengan adanya pengembangan transformasi layanan primer, nantinya para kader akan diminta untuk mengunjungi rumah-rumah warga untuk melakukan kontrol serta edukasi sekaligus mengajak untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.

“Sekarang adanya transformasi layanan primer, di posyandu para kader harus melakukan kunjungan rumah semua warga harus dikunjungi. Jadi komunikasinya juga harus baik supaya dia mau memeriksakan ke puskesmas,” jelasnya.

Menurut Herawati, edukasi yang diberikan kepada masyarakat juga dapat membantu menghilangkan stigma para penderita AIDS yang dianggap buruk.

Sementara itu, para penderita juga dapat terus mengonsumsi obat secara rutin dengan adanya pemantauan dari kader maupun keluarga. Dengan edukasi menghilangkan stigma yang ada, ini juga akan membantu penderita tidak merasa sedih dengan penyakit yang dideritanya.

“Upaya kita juga edukasi ya, memang ini sangat sensitif terutama orang yang udah kena AIDS itu kan jadi stigma ya, Tapi itulah menjadi tantangan bahwa stigma itu harus dihilangkan. Sementara kalau sudah menderita harus minum obat mau enggak mau. Banyak orang juga putus di tengah jalan gitu mau minum obat. Itulah peran pendamping bisa kader keluarga supaya dia minum obat,” pungkas Herawati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *